Beralih Fokus ke Singapura, Wall Street Journal Pangkas Staf di Hong Kong

Media 5 Mei 2024

The Wall Street Journal mengumumkan pengurangan staf di bironya di Hong Kong seiring dengan pengalihan fokus ke Singapura, yang menandai pukulan terbaru terhadap industri media yang pernah berkembang pesat di pusat keuangan tersebut.

Dikutip dari Al Jazeera, Pemimpin redaksi Emma Tucker mengatakan kepada stafnya dalam sebuah memo di seluruh perusahaan pada hari Kamis (2/5) lalu bahwa surat kabar tersebut mengikuti jalur yang sama dengan yang “dilakukan oleh banyak perusahaan yang kami liput”.

Pemotongan tersebut mencakup enam staf editorial di Hong Kong dan dua reporter di kantor surat kabar tersebut di Singapura, dua sumber yang mengetahui masalah tersebut tanpa menyebut nama.

"Beberapa rekan kami, sebagian besar di Hong Kong, akan meninggalkan kami", ungkap Tucker dalam memo sambil menyebutkan beberapa posisi baru di Singapura, termasuk editor dan beberapa reporter.

“Inti dari perubahan ini adalah pembentukan kelompok bisnis, keuangan, dan ekonomi baru,” lanjut beliau.

“Hal ini menyatukan tim-tim yang sebelumnya terpisah di bawah satu bendera dengan tujuan yang sama: Fokus pada kisah-kisah keuangan terbesar di Asia – kebangkitan industri kendaraan listrik Tiongkok, perang chip, China Shock 2.0, perjuangan industri keuangan Hong Kong, dan kehebatan Tiongkok. penggerebekan properti,” pungkasnya

Hingga saat berita ini diangkat, WSJ tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Tantangan Berat

Sejak pemberlakuan undang-undang keamanan nasional yang ditetapkan Beijing dan beberapa pembatasan pandemi terberat di dunia pada tahun 2020, banyak perusahaan internasional telah meninggalkan Hong Kong atau meningkatkan operasi bank di kota tersebut, dan mengalihkan sumber daya ke tempat lain.

Perlambatan ekonomi Tiongkok juga berdampak pada kerja para analis dan pemodal yang berkembang pesat di Hong Kong yang dulunya merupakan wilayah yang bebas perdagangan, yang kemudian menjadi pemberitaan media seperti WSJ.

Tak hanya itu, beberapa kantor berita independen lokal tutup karena tekanan politik baik dari Tiongkok ataupun Hong Kong, sementara media internasional termasuk The New York Times dan Radio Free Asia telah mengalihkan posisi editorialnya ke kota-kota seperti Seoul dan Taipei.

Hong Kong sendiri pernah dikenal sebagai salah satu lingkungan media paling bebas di Asia. Namun sayangnya, Hong Kong saat ini berada di peringkat 135 dari 180 negara dan wilayah dalam indeks kebebasan media terbaru Reporters Without Borders (RSF) yang dirilis pada hari Jumat (3/5) lalu, berada di peringkat antara Filipina dan Sudan Selatan.

Tag

Visio

Hanya seorang budak korporat yang menyukai game, manga, anime.