Media Penyimpanan Kamera Video: Sekecil MicroSD hingga Secepat SSD

Media 30 Sep 2018

Hai, MedForians!

Dengan semakin masifnya perkembangan videografi di masa sekarang, mulai dari kelas vlogger YouTube hingga studio film Hollywood, perkembangan kamera pun juga semakin masif dan menggila. Bukan hanya soal kamera itu sendiri, lensa, sensor, hingga media penyimpanannya berkembang, bahkan ada yang menjadi standar untuk beberapa produsen kamera untuk perekaman video. Pada awalnya, media penyimpanan kamera video hampir mirip dengan kamera untuk memotret gambar. Ya, menggunakan pita film, namun dengan ukuran roll yang sangat besar.

Zaman semakin berkembang, teknologi analog pun perlahan tergantikan dengan teknologi digital seiring perkembangan teknologi komputer. Begitu juga dengan perkembangan media penyimpanan kamera video yang saat itu menggunakan pita film berubah menjadi pita magnetis. Proses konversi pun dimulai untuk menyimpan arsip-arsip bersejarah. Tahun 1976, JVC dari Jepang membuat sistem penyimpanan VHS (Video Home System) untuk penggunaan komersil. Bentuknya seperti kaset audio, namun dapat menyimpan data berupa video dan ditampilkan melalui layar televisi. Selain JVC dengan VHS nya, Sony sebelumnya mengeluarkan media penyimpanan bernama Betamax. Namun pamornya tidak sekuat VHS yang menjadi standar untuk perekaman video mulai dari televisi hingga produksi film.

Tahun 1995, seiring dengan makin masif nya perkembangan komputer yang bahkan dapat memutar dan menyunting video, Sony merilis media penyimpanan digital yang bernama DV. Ya, DV untuk Digital Video. Teknologi pita magnetis pun mulai ditinggalkan dan beralih ke penyimpanan digital. Di saat itulah beberapa format penyimpanan video hadir, seperti AVI, QuickTime, dan MXF. Dari DV ini hadir lagi pengembangan yang diperkenalkan Panasonic, yakni DVCPRO yang diperuntukkan untuk penyiaran berita. Sony yang merasa tertantang kemudian membuat DVCAM, lalu Panasonic menghadirkan DVCPRO50 untuk berita dan sinema digital. Panasonic kemudian mengembangkannya lagi sehingga hadirlah DVCPRO Progressive, dan DVCPROHD untuk kualitas video digital berdefinisi tinggi.

Tahun 1999 muncullah media penyimpanan Secure Digital atau yang kita kenal sebagai SD. Hadir atas kerjasama Panasonic, Toshiba, dan Sandisk, memanfaatkan penyimpanan berupa rangkaian elektronika non-volatile. Hingga saat ini, SD sudah menjadi media penyimpanan wajib untuk beberapa produsen kamera video, apalagi versi mikro yang dapat dilepas-pasang di berbagai perangkat. Namun, dengan keterbatasan kecepatan baca, maka hadirlah P2 pada 2004, lagi-lagi oleh Panasonic. Berbentuk seperti SSD yang kita kenal sekarang, digunakan untuk kamera video yang membutuhkan kecepatan baca yang cukup cepat, terutama untuk penyiaran berita di lapangan.

Lalu, hadir lagi dari Amerika Serikat, RED, yang mengeluarkan kamera video berdefinisi sangat tinggi, yakni dengan resolusi 8K! Dengan resolusi sebesar itu dipastikan membutuhkan media penyimpanan yang cukup besar, dan cepat dalam kecepatan bacanya. RED merilis RED Mini Mag, “amunisi” dari “senjata” yang mereka buat. Berbasis media penyimpanan mirip SSD, RED Mini Mag memiliki kapasitas cukup besar untuk menampung video beresolusi sangat besar, dan memiliki kecepatan baca yang tidak tanggung-tanggung, 300 MB/s!

Pita film, pita magnetik, penyimpanan berbasis non volatile memory, sekarang kita bahas yang tadi tertinggal. Media penyimpanan berbasis piringan. Suatu ketika saat disket masih menjadi pilihan sebagai media penyimpanan, Sony membuat sebuah kamera digital menggunakan teknologi disket. Namun tidak sepopuler kamera dengan penyimpanan pita magnetik. Kemudian hadir VCD dan DVD. Sony dan Canon membuat beberapa produk camcorder yang menggunakan penyimpanan ini.

This slideshow requires JavaScript.

BluRay? Apakah ada kamera yang menggunakan BluRay untuk menyimpan video di dalamnya? Ya, tentu ada. Hasil gambar untuk BluRay camera

Namun, tidak sepopuler DVD. Alasannya, BluRay dinilai cukup mahal untuk kamera video rumahan.

Untuk saat ini, SD dengan varian MicroSD nya tetap menjadi pilihan, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Selain karena bentuknya yang kecil, harga yang murah hingga familiar di kalangan komersil menjadikan MicroSD tetap menjadi standar media penyimpanan kamera video, dari sekelas Digital SLR, ponsel pintar yang dapat merekam hingga resolusi 4K, bahkan kamera P2 Panasonic yang turut menyediakan slot SD selain slot P2 yang jauh lebih kencang dalam hal kecepatan baca dan tulis. Alasannya, P2 untuk siaran langsung, dan MicroSD yang hasil rekamannya akan disunting terlebih dahulu di ruang editing.

Itu saja untuk sejarah penyimpanan di kamera video. Masih banyak yang belum dapat kami bahas saat ini.

Tag

Agung Suhendro

Semper Fidelis, Semper Paratus.