Terlalu Canggih Tangkap Koruptor, AI China Dimatikan

Teknologi 8 Feb 2019

Hai, MedForians!
Berita terbaru hadir dari negeri tirai bambu, China. Salah satu teknologi artificial intelligence Zero Trust akhirnya dimatikan oleh para pegawai negeri lokal di China.

Dilansir dari Kompas.com, sejak awal kemunculannya di tahun 2012, Zero Trust telah berhasil mengungkap 8.721 pegawai negeri China yang terlibat dalam penggelapan uang, penggunaan kekuasaan sewenang-wenang, penyalahgunaan uang rakyat, dan nepotisme.

Beberapa dari pegawai negeri tersebut akhirnya dipenjara, walaupun sebagian besar masih tetap diperbolehkan bekerja setelah menerima peringatan atau hukuman ringan

Meski demikian, beberapa pemerintah lokal China, seperti daerah Mayang, kota Huaihua dan daerah Li di Hunan, tampaknya merasa terganggu dengan keberadaan Zero Trust dan memutuskan untuk memberhentikan mesin tersebut.

Seorang peneliti yang enggan disebutkan namanya berkata kepada South China Morning Post (SCMP) bahwa salah satu alasan pemerintah lokal untuk mematikan Zero Trust adalah karena mereka “merasa tidak nyaman dengan adanya teknologi baru”.

Apa itu Zero Trust, dan Cara Kerjanya

Zero Trust yang dikembangkan dan dijalankan oleh Chinese Academy of Sciences dan institusi kontrol internal Partai Komunis China sangat efektif dalam memonitor, mengevaluasi dan melakukan campur tangan terhadap kehidupan kerja dan personal para pegawai negeri.

Pasalnya, sistem ini bisa mengakses lebih dari 150 database rahasia yang disimpan oleh pemerintah sentral dan lokal, termasuk data-data bank, properti dan konstruksi. Bila perlu, Zero Trust bisa melihat data satelit untuk menginvestigasi apakah dana publik benar-benar digunakan untuk membangun jalan seperti klaim pemerintah lokal.

Dengan melakukan referensi silang terhadap berbagai data di atas, Zero Trust bisa menemukan tanda-tanda korupsi, misalnya bila ada transfer uang yang mencurigakan atau mobil baru yang didaftarkan atas nama keluarga atau teman pegawai negeri.

Setelah mencurigai, Zero Trust kemudian akan mengalkulasikan kemungkinan tindakan tersebut adalah tindak korupsi. Jika melewati batas tertentu, Zero Trust kemudian akan memperingatkan otoritas China yang akan melakukan verifikasi dan membuat keputusan akhir.

Namun, sistem ini bukan tanpa kekurangan. Meskipun kecerdasan buatan tersebut mampu menemukan koruptor dengan cepat, tetapi ia tidak dapat menjelaskan konklusi tersebut tercapai. Alhasil, keberadaan manusia masih diperlukan untuk membantunya.

Zhang Yi dari Komisi Inspeksi Disiplin untuk Partai Komunis China yang bertugas di Ningxiang, Hunan, salah satu dari segelintir daerah yang masih menggunakan Zero Trust, mengatakan, mereka hanya menggunakan hasil mesin sebagai referensi, dab masih perlu memeriksa dan menverifikasi kebenarannya.

“Mesin ini tidak bisa mengangkat telepon dan menghubungi orang yang dianggap bermasalah. Pada akhirnya, keputusan tetap dibuat oleh manusia,” katanya.

Ketika pertama kali diluncurkan, Zero Trust hanya diuji coba pada 30 daerah dan kota, sekitar 1 persen dari total area administratif China. 30 daerah dan kota tersebut memang sengaja dipilih yang berlokasi di area-area terpencil dan miskin.

Namun, jumlah tersebut kini menurun drastis. Daerah Xiushui, di mana Zero Trust masih bekerja, misalnya, mulai mempertanyakan akses mesin tersebut terhadap database-database yang dianggap sensitif. Beberapa pegawai negeri di daerah tersebut secara khusus menyoroti tidak adanya payung hukum atau regulasi yang mengatur hal semacam ini.

Dengan tekanan yang sedemikian besarnya, para peneliti merasa pesimis dapat mengaplikasikannya ke seluruh China.

Sumber: Kompas.com, South China Morning Post

Tag

Rizuki

Hanya seorang budak korporat yang menyukai game, manga, anime.