NASA Tunjuk SpaceX untuk Terbang dan "Tabrak" Asteroid

Teknologi 14 Apr 2019

Hai, MedForians!

Sepertinya perusahaan milik Elon Musk mendapatkan proyek ambisius baru!

Ancaman Asteroid

Bumi sempat mengalami kejadian “kiamat” pada 65 juta tahun yang lalu. Sebuah peristiwa kepunahan yang dijuluki “Cretaceous-Tertiary / Cretaceous-Paleogene extinction event” atau K-Pg / K-T, disebabkan oleh jatuhnya asteroid yang cukup besar ke bumi.

Asteroid tersebut mengeluarkan energi yang sangat besar saat bertabrakan dengan bumi. Hal ini menghasilkan rantai kejadian yang merubah iklim dan ekosistem kehidupan bumi.

Menyadari bahwa asteroid memiliki ancaman yang besar terhadap kepunahan manusia dan makhluk hidup lainnya, lembaga antariksa Amerika Serikat, NASA (National Aeronautics and Space Administration) mulai memikirkan cara untuk menyelamatkan bumi dari tubrukan asteroid.

Salah satu rencana tersebut masuk dalam suatu misi yang bernama Double Asteroid Redirection Test (DART).

Pertahanan Planet

DART adalah misi yang dicetuskan oleh NASA untuk mencoba konsep “planetary defense” untuk menangkis ancaman yang berasal dari luar angkasa.

Ancaman tersebut dikhususkan terhadap benda-benda antariksa, terutama asteroid yang berukuran besar. Asteroid yang beredar di luar angkasa memilki potensi tertentu untuk bertabrakan dengan bumi dalam masa mendatang.

Sehingga, misi yang dilakukan NASA ini akan “membelokkan” atau “memukul” asteroid tersebut agar jalur tempuhnya tidak langsung ke bumi.

Pada fiksi ilmiah, ada beberapa konsep bagaimana cara untuk membelokkan asteroid tersebut. Hal mulai dari ditembak dengan railgun, roket, ICBM, hingga bom nuklir.

Namun, karena di dunia nyata hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya, maka NASA perlu melakukan beberapa percobaan agar dapat mencari cara terbaik untuk misi ini.

Sehingga, dalam proyek DART, NASA sudah mempersiapkan satelit khusus untuk mengambil data mengenai kandungan asteroid dan momentumnya.

Deskripsi dari NASA mengenai misi Double Asteroid Redirection Test (DART) untuk masa mendatang.

Kerja Sama

Untuk meluncurkan satelit ini, NASA memerlukan sebuah roket yang mampu nemerbangkan perangkat mereka keluar orbit bumi dan mencapai destinasi yang ditujukan.

Kali ini, NASA akan menggandeng SpaceX untuk meluncurkan misi ini ke luar angkasa. Nantinya, misi ini dijadwalkan akan meluncur pada sekitar bulan Juni 2021 dari Vanderberg Air Force Base di California, AS. Seperti biasa, SpaceX akan menggunakan roket andalan mereka, yaitu Falcon 9.

Dikutip dari Space.com dan Detik INET, pengumuman ini datang bersamaan dengan peluncuran misi komersil pertama untuk roket Falcon Heavy. Roket kelas berat ini membawa beberapa satelit, termasuk satelit komunikasi Arabsat-6A yang cukup besar untuk kelasnya.

Sebagai perusahaan komersial, tentunya SpaceX perlu dibayar oleh NASA. Oleh karena itu, badan antariksa AS ini bersedia untuk membayar kontrak sebesar 69 juta dollar AS, atau sekitar 973 miliar rupiah.

“Tabrakan ini akan mengubah kecepatan dari moonlet dalam orbitnya di sekitar tubuh utama dengan sepersekian persen, cukup untuk bisa diukur menggunakan teleskop di Bumi,” kata NASA melalui CNET, Sabtu (13/4/2019).

Suatu Kehormatan

Mendapatkan kontrak kerja dengan misi yang “mulia” tentunya merupakan kebanggaan tersendiri. Hal ini terutama penting untuk perusahaan milik Elon Musk yang bergerak dalam bidang komersil antariksa.

Saat ini, Elon Musk, sebagai pemimpin SpaceX, sudah diberi tanggung jawab untuk meluncurkan dua proyek besar milik NASA.

Sebelumnya, SapceX juga sudah memenangkan kontrak untuk menerbangkan kapsul awak Crew Dragon sebagai modul astronot Amerika Serikat untuk pergi ke International Space Station (ISS).

Bagaimana, MedForians? Apakah ini mirip seperti di film-film fiksi ilmiah? Yuk berikan tanggapannya!

Tag

Yehezkiel Frederik Ruru

Photography, Technology and Videography Enthusiast