Protes Kebijakan Arbitrase, Ratusan Karyawan Riot Games Mogok Kerja

Gaming 8 Mei 2019

Hai, MedForians!

Musuh utama setiap buruh pasti adalah ketidakadilan dan kebijakan sewenang-wenang. Begitu juga yang terjadi di Riot Games. Kasus diskriminatif terhadap gender di studio tersebut berbuntut panjang.

Para karyawan dari perusahaan yang berbasis di Los Angeles ini melakukan unjuk rasa dan mogok kerja. Mogok kerja ini disebabkan pihak Riot Games memaksa dua orang wanita yang terlibat dalam kasus Sexism riot untuk melakukan Arbitrase (Langkah Mediasi Legal).

Hal ini dipandang sebagai langkah Riot untuk menghindari jalur hukum yang dihadiri oleh Hakim dan Juri. Tentu saja ini juga mengurangi keleluasaan karyawan terkait untuk meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah dilakukan oleh atasan pada mereka yang dirugikan.

Ditambah, pihak Riot Games terkesan bisa bebas atau cuci tangan atas budaya tindak pelecehan gender yang sempat mengudara.

Seorang karyawati Riot Games memberi orasi di depan peserta aksi
Seorang karyawati Riot Games memberi orasi di depan peserta aksi

Dilaporkan oleh Kotaku, seperti dilansir oleh Gamebrott.com, sekitar 150 pekerja Riot Games telah menunjukan bentuk solidaritas mereka kepada para rekan-rekannya.

Mereka keluar dan sama-sama berkumpul di area parkiran luar gedung guna melakukan orasi. Aksi ini diliput oleh beberapa media yang membahas jagat game, termasuk Upcomer dan Kotaku.

Di akhir orasi, para pekerja Riot sama-sama sepakat untuk meminta agar pihak petinggi Riot bersedia mencabut kebijakan mereka terkait pemaksaan Arbitrase dalam tenggat waktu paling lambat pada tanggal 16 Mei mendatang.

Jika mereka masih kukuh untuk tidak menyanggupinya, para pihak pekerja yang diwakili langsung oleh Jocelyn Monahan selaku social listening strategist akan siap untuk menempuh sebuah langkah yang lebih jauh.

Semoga pihak Riot dapat memenuhi tuntutan mereka agar tidak terus berbuntut panjang.

Bagaimana kasus ini bermula?

Tidak ada api jika tidak ada bara. Kotaku mewartakan jika ada budaya Sexisme di dalam kantor Riot Games. Melalui artikel berjudul “Inside The Culture Of Sexism At Rio Games”, Kotaku memaparkan temuan mereka akan kasus ini.

Dengan berbagai temuan tersebut sontak membuat pembaca kaget. Seakan tidak percaya, mengingat Riot Games adalah perusahaan besar. Setelah respon dari banyak pihak semakin liar, Riot kemudian menulis permintaan maaf resmi.

Namun di balik layar, pihak Riot memaksa dua orang wanita yang terlibat dalam kasus Sexism riot untuk melakukan Arbitrase (Langkah Mediasi Legal). Inilah yang membuat para karyawan sontak bergerak untuk berencana walkout, dan terjadilah demonstrasi dan mogok kerja massal.

Tag

Agung Suhendro

Semper Fidelis, Semper Paratus.