[Opini] Satu Hal yang Diperlukan Microsoft: Konsistensi

Teknologi 16 Jun 2019

Hai, MedForians!

Tentu kita semua sudah kenal dengan perusahaan asal Amerika Serikat ini. Didirikan oleh Bill Gates dan Paul Allen, kini perusahaan software ini telah menjadi rajanya teknologi.

Di tangan Satya Nadella, Microsoft semakin dekat ke arah komputasi awan dan tetek bengeknya. Lalu bagaimana dengan Windows dan produk konsumer lainnya? Sebenarnya ada banyak yang ingin saya bahas di sini. Namun salah satu hal yang paling ingin saya bahas akan dikupas melalui artikel ini. Mari kita simak.

Mengapa Saya Mengangkat Topik Ini?

Tentunya saat bekerja kita semua selalu menggunakan duo produk Microsoft terpopuler ini, Windows dan Office. Ya, terkecuali bagi MedForians yang menggunakan Mac atau sudah beralih ke keluarga Linux bahkan Android. Kedua produk piranti lunak ini sudah menjadi kebutuhan primer dalam bekerja dan bermain pengguna komputer di seluruh dunia.

Singkat cerita, hari ini saya berniat untuk menjajal solusi cloud perusahaan piranti lunak asal AS itu, Office 365. Tentunya saya harus menginstal lagi koleksi software kantoran Microsoft itu. Dan hal ini membuat saya cukup “gregetan”.

Saat memasang program, layar instalasi menunjukkan ikon Office dan aplikasi yang dibundel. Ikon aplikasi Word, Excel, PowerPoint, dan Outlook sudah menjadi yang terbaru. Namun ikon aplikasi OneNote, Publisher, Access, dan Skype masih menggunakan desain lama.

Inkonsistensi ikon pada layar instalasi Office

Ya, meskipun memang aplikasi Access dan Publisher sudah “diistirahatkan” Microsoft, namun apa salahnya memperbarui ikon?

Inkonsistensi dalam penggunaan ikon inilah yang membuat saya agak kesal, meskipun saya bisa mencoba Office 365 selama 1 bulan secara gratis. Oleh karena itu, saya ingin membahas topik ini.

Tak Hanya Itu Saja

Itu baru sekelumit contoh inkonsistensi Microsoft, tak hanya dalam soal desain ikon saja, namun juga dalam masalah antarmuka pengguna.

Di awal artikel ini, saya sempat menyinggung soal Windows. Sistem operasi terpopuler di dunia ini juga masih memiliki inkonsistensi dalam berbagai bidang. Mulai dari User Interface, User Experience, bahasa desain, bahkan jenis aplikasi di dalamnya. Windows 10 hingga saat ini masih memiliki ‘dua kepribadian’. Di satu sisi OS tersebut punya standar aplikasi baru dengan nama Universal Windows Platform (UWP) Apps, dan juga program Win32 yang sudah ada sejak jaman jebol.

Antarmuka Windows 10

Saya secara pribadi bisa memaklumi transformasi dari Win32 ke UWP membutuhkan waktu yang lama. Namun bisakah UI dan UX dalam aplikasi UWP menjadi lebih konsisten? Bahasa desain Microsoft saat ini, Fluent Design System, bahkan tidak diterapkan pembuatnya secara konsisten.

Kita tidak perlu membahas aplikasi UWP pihak ketiga yang jarang disentuh developer, cukup lihat aplikasi bawaan Windows 10 saja. Tingkat blur yang berbeda-beda, warna latar belakang, bisa disebut sendiri.

Jangan lupakan situs-situs Microsoft, semuanya memiliki tampilan yang berbeda, dan rata-rata cukup membosankan. Dengan kodenama “Putih, polos, sedikit gambar. Membuat saya ingin bertanya, “Loh, kemana nih Fluent Design-nya?”. Meskipun dalam waktu dekat semua situs itu akan berubah, mengingat Microsoft akan membawa Fluent Design menjadi cross-platform layaknya Material Design milik Google, namun inkonsistensi pasti tetap akan ada.

Microsoft Harus Ubah Kebiasaan “Plin-Plan”

Tentunya setiap perusahaan memiliki kultur perusahaan sendiri, namun hanya Microsoft yang masih plin-plan dalam bisnisnya. Tepat sekali, inkonsistensi Microsoft tidak hanya terlihat dari desain produk mereka, namun juga komitmen mereka dalam membuat sebuah layanan. Perusahaan asal Redmond ini sudah terkenal dengan budaya ‘aborsi’. Membuat sebuah layanan baru dan pada akhirnya menutupnya begitu saja dalam waktu yang singkat.

Siapa yang ingat dengan Windows Phone? Atau ada yang tahu Zune, Xbox Music, dan Groove Music yang notabene adalah layanan yang sama? Berbagai macam layanan sudah Microsoft buat, dan akhirnya gagal juga di pasaran. Jika Microsoft benar-benar ingin sukses dalam memasarkan layanannya, sudah seharusnya Microsoft lebih ‘istiqamah’ dalam menjalankan bisnis.

Saya sendiri sekarang sudah bisa mengapresiasi kinerja Microsoft dalam urusan bisnis baru seperti HoloLens, AI, dan Cloud Computing. Namun jika Microsoft masih plin-plan, bisa dipastikan konsumen akan kecewa dan meninggalkan layanan yang ditawarkan.

Tag

Muhammad Ferdiansyah

Write. Design. Learn. Media/Tech/J-Pop Enthusiast.