Peretas "DerpTrolling" Penyerang Sony dan Steam Dipenjara 2 Tahun

Teknologi 7 Jul 2019

Hai, MedForians!

Peretas dengan nama samaran DepTrolling telah dihukum masuk penjara!

Serangan DDoS Pada Tahun Silam

Seorang peretas dengan alias DerpTrolling atau nama asli Austin Thompson, melancarkan serangan Distributed Denial of Service ( DDoS) terhadap server sejumlah layanan game, termasuk Sony, Steam, EA, hingga DotA 2.

Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya pada minggu lalu pria 23 tahun asal Utah, Amerika Serikat itu akhirnya divonis hukuman penjara selama 27 bulan atau lebih dari 2 tahun oleh pengadilan federal di AS.

Dia juga diperintahkan membayar ganti rugi 95.000 dollar AS (Rp 1,3 miliar) kepada salah satu korbannya, Daybreak Games.

“DDoS tiap tahun menimbulkan kerugian jutaan dollar AS kepada pebisnis dan individual. Kami berkomitmen menghukum hacker yang sengaja mengganggu akses internet,” kata jaksa AS dalam kasus Thompson, Robert Brewer.

Dilansir dari KompasTekno, The Register, dan BankInfoSecurity, serangan Thompson yang dimaksudkan untuk mengganggu para pemain game di musim liburan 2013-2014 sempat membuat sejumlah server perusahaan game bertumbangan.

Gangguan gara-gara serangannya berlangsung antara hitungan jam hingga berhari-hari.

Pamer Lalu Ditangkap

Setelah berhasil menjatuhkan suatu layanan, Thompson yang saat itu berusia 18 tahun pamer screenshot di akun Twitter @DerpTrolling, sekaligus mengumumkan nama layanan game berikut yang menjadi incarannya.

Ulahnya ini membuat kesal banyak orang, termasuk peretas lain, sehingga mereka membeberkan informasi pribadinya (doxing) di internet. Karena itu, tahun 2014 Thompson dilaporkan telah dibekuk oleh kepolisian New York.

Kabar berikutnya muncul pada November 2018, ketika Thompson mengaku bersalah. Tindakan Thompson rupanya menginspirasi sejumlah kelompok hacker untuk melakukan aksi serupa, yakni melancarkan serangan saat liburan Natal untuk sengaja mengganggu para pemain game.

Banjir Data

Serangan yang Thompson lakukan adalah DDoS atau Distributed Denial of Service. Dengan cara ini, peretas dapat menghentikan jalannya operasi suatu layanan dengan membanjiri server dengan banyak data.

Serangan pria ini bisa sukses karena para penyedia layanan-layanan internet belum memiliki pertahanan mumpuni terhadap DDoS pada tahun 2013. Di pasar gelap internet ada sejumlah pihak yang menawarkan jasa serangan DDoS dengan bayaran tertentu.

Tren serangan DDoS di musim liburan yang dipicu oleh Thompson ini membuat Biro Investigasi Federal AS (FBI) ikut bertindak. Akhir tahun lalu, FBI bersama institusi penegak hukum di Inggris dan Belanda memberangus domain milik 15 penyedia layanan DDoS untuk mencegah berulangnya serangan serupa.

Bagaimana, MedForians? Yuk berikan tanggapannya!

Tag

Yehezkiel Frederik Ruru

Photography, Technology and Videography Enthusiast