[Review] Seminggu Bersama Ubuntu 20.04: Lebih Apik Dibanding Sebelumnya

Teknologi 8 Mei 2020

Setelah penantian panjang, Ubuntu 20.04 akhirnya resmi dirilis pada 24 April kemarin. Beberapa hari setelah peluncurannya, MedForSquad berkesempatan untuk mencoba versi terbaru dari salah satu distribusi Linux terpopuler di dunia ini selama satu minggu ke belakang.

Lantas, apa sih yang penulis rasakan selama menggunakan Ubuntu 20.04?

Masih bisa diinstal dengan WUBI UEFI

Meskipun pihak Ubuntu sendiri telah menghentikan project WUBI, sebuah software yang bisa memungkinkan pengguna menginstal Ubuntu semudah menginstal aplikasi di Windows, ternyata project WUBI masih berjalan, meskipun di tangan komunitas. Seorang pengguna GitHub bernama hakuna-m, masih mengembangkan WUBI UEFI untuk ubuntu modern hingga sekarang.

Hal tersebut dapat memudahkan seseorang yang masih awam soal instalasi Linux, ataupun orang yang ga mau ribet masang Ubuntu tanpa harus repot menyiapkan apapun. Kami memilih metode instalasi menggunakan WUBI UEFI dalam ulasan Ubuntu 20.04 di laptop Acer 4732z, dengan prosesor Intel Pentium T4400 dan RAM 4 GB.

Booting Pertama

Satu fitur baru yang akan MedForians dapati saat menginstal Ubuntu 20.04 ini adalah bootscreen baru. Terlebih jika kalian menginstalnya di laptop baru (yang menggunakan UEFI), akan muncul logo OEM pabrikan laptop di bootscreen Ubuntu 20.04. Tampilan itu terlihat seperti bootscreen Windows 10 di laptop-laptop sekarang.

Proses instalasi sendiri memakan waktu antara 30-40 menit. Meskipun memakan waktu cukup lama, nantinya MedForians akan dimanjakan dengan berbagai fitur baru yang ada di dalam Ubuntu 20.04 itu sendiri, yang akan penulis bahas di bagian selanjutnya di artikel ini.

Menelisik Fitur Baru

Ubuntu 20.04 sendiri menggunakan Desktop Environment GNOME 3.36 Gresik yang menghadirkan tampilan yang lebih clean daripada GNOME sebelumnya yang pernah penulis coba.

Karena di saat penulis melihat lockscreennya saja, kesan minimalis muncul dan dapat dirasakan hanya dengan sentuhan blur yang menguatkan kesan clean and minimalist. Kesan clean tersebut juga diaplikasikan di login screen, meskipun hanya dengan latar belakang berwarna ungu.

Selain itu, Ubuntu 20.04 juga menghadirkan fitur dark mode yang bisa diakses di pengaturan/settings > Appearance. Ada tiga mode tampilan yang bisa kalian pakai, ada light, standard, dan dark.

Di file manager, kalian juga bisa mengkostumisasi warna folder dengan fitur folder color. Meski demikian, fitur tersebut tidak diaktifkan secara default saat kalian menginstall Ubuntu 20.04. Kalian harus menjalankan beberapa perintah di terminal emulator agar kalian dapat menggunakan fitur tersebut.

Di luar hal itu, ada beberapa fitur bawaan GNOME 3.36 yang turut dihadirkan di Ubuntu 20.04. Salah satunya fitur Do Not Disturb/Jangan Ganggu, yang bisa menyembunyikan notifikasi saat sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk diganggu.

Selain fitur-fitur yang bisa dirasakan secara visual, ada berbagai fitur baru lainnya seperti Linux Kernel 5.4 (termasuk fitur lockdown Wireguard VPN, dan dukungan format exFAT), Phyton 3 yang sekarang menjadi bawaan, logo OEM pabrikan laptop di bootscreen dan dukungan ZFS yang telah disempurnakan.

Bagaimana saat digunakan untuk bekerja?

Selama seminggu ke belakang, penulis menggunakan laptop Acer 4732z dengan Ubuntu 20.04 ini untuk mengerjakan berbagai pekerjaan ringan, menelusuri internet dan menonton anime kesukaan di rumah. Penulis rasa bahwa performa Ubuntu 20.04 ini cukup ringan untuk dipakai bekerja sehari-hari. Nyaris tanpa ada lag yang menggangu, dan berbagai pekerjaan dapat dikerjakan dengan lancar.

Hal itu dikarenakan GNOME 3.36 mengalami improvisasi di sektor performa, yang membuat kinerja laptop menjadi lebih ringan dibanding GNOME sebelum ini. Bahkan, untuk dipakai bermain gim pun, Ubuntu mengklaim adanya improvisasi di sektor tersebut, yang berimbas pada peningkatan performa saat gaming. Meskipun dalam ulasan kali ini, penulis tidak melakukan uji gaming.

Kesimpulan

Selama seminggu dalam masa pengujian dengan Ubuntu 20.04, penulis merasa cukup puas akan fitur, performa dan improvisasi yang dilakukan Ubuntu di versi terbaru ini. Meskipun masih ada sedikit kekurangan di beberapa hal kecil, namun bisa kami simpulkan bahwa Ubuntu 20.04 layak untuk digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya saat mengerjakan pekerjaan di LibreOffice ataupun berselancar di dunia maya sembari menikmati fitur entertainment yang disajikan.

Demikian ulasan singkat mengenai Ubuntu 20.04 selama seminggu ke belakang. Jika ada kritik ataupun saran yang ingin disampaikan, silahkan beri komentar di bawah.

Tag

Ilham Purnama Sadik

Pecinta Otomotif yang punya tiga oshi : Suisei, Hanasaru dan IONIQ 5. Juga menulis di SuaraMerdeka.com pada hari kerja