[Opini] FTV “Kisah Nyata” Kembali Dihujat, Apa yang Sebenarnya Harus Diperhatikan?

Media 29 Jan 2021

Akhir-akhir ini publik mungkin dihebohkan dengan sebuah FTV yang menampilkan adegan dimana seorang istri yang terbangun dari koma setelah mendengar anak dan suaminya joged Tiktok. Suatu adegan yang mungkin tak biasa dalam sebuah FTV. Sontak hal ini langsung viral dan menjadi bulan-bulanan netizen, mulai dari kritik pedas hingga hujatan dan makian seolah mewarnai reaksi akan FTV tersebut.

Namun karena saking banyaknya hujatan dan makian terhadap FTV tersebut menjadikan sang penulis naskah langsung buka suara. Beliau juga diketahui merupakan penulis naskah dibalik FTV “Bagaimana Menyadarkan Istriku yang Terlalu Terobsesi K-Pop”.

Sang penulis naskah pun beropini melalui sebuah laman online. Selain menyinggung apa yang dilakukan netizen terhadap karyanya, beliau juga menjelaskan kenapa dirinya membuat konsep cerita yang out of the box tersebut.

Tidak Logis Bukan Masalah, Namun Lihat Pula Sikon yang Ada

Saya sangat menghargai apa yang telah dikerjakan oleh para kru, khususnya sang penulis naskah untuk menciptakan sebuah karya yang dapat dinikmati oleh para pemirsa televisi. Terlebih lagi menulis suatu naskah cerita dengan deadline singkat tentunya menjadi kerumitan tersendiri bagi para penulis naskah. Oleh karenanya memanglah tidak etis bila dengan “entengnya” kita mencaci maki sebuah cerita yang telah dikerjakan seorang penulis dengan susah payah. Namun bukan berarti kita tidak boleh untuk memberikan sebuah tanggapan ataupun kritik terhadap karya mereka.

Menulis cerita berkualitas bukanlah perkara mudah

Menurut Saya tidak menjadi masalah menambahkan sebuah bumbu yang “tidak masuk akal” terhadap sebuah cerita, sekalipun cerita tersebut bergenre Slice of Life – Drama seperti FTV yang biasa tayang di televisi. Namun yang patut diperhatikan adalah “bagaimana menempatkan adegan pada genre dan suasana yang tepat”.

Saya memang bukanlah seorang penulis profesional yang memiliki jam terbang cukup tinggi. Namun saya sudah cukup berkecimpung di dunia penulisan seperti Wattpad maupun Noveltoon. Saya juga sering menonton berbagai acara khususnya anime, dan sebagian dari apa yang telah saya tonton sempat saya review via situs media ini. Oleh karenanya mungkin saya bisa sedikit memahami apa yang sebenarnya terjadi dan masukkan apa yang seharusnya diperhatikan.

Kembali kepada masalah diatas. “Bagaimana menempatkan adegan pada genre dan suasana yang tepat”. Maksudnya untuk memasukkan sebuah adegan yang “unik” tentunya harus memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, baik itu genre cerita tersebut maupun suasana yang sedang terjadi pada bagian tersebut.

Contohnya saja dalam serial anime Majo no Tabitabi. Pihak produser mungkin “sengaja” menghapus opening animenya yang peacefully pada episode 9 yang bernuansa tragedy. Hal ini agar nuansa yang dibawakan “tidak kontras”. Hal yang sedikit berbeda juga dilakukan dalam serial anime Gakkou Gurashi yang memiliki opening semakin kelam dalam setiap episodenya, dan ditutup tanpa opening. Bahkan anime comedy seperti Gintama sekalipun disaat suasana serius maka adegannya juga serius.

Dikala cerita serius, adegannya pun serius pula

Memasukkan sebuah adegan “unik” dalam cerita memang tidak salah, namun jangan kesampingkan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Dalam kasus ini memasukkan “joged Tiktok” yang mungkin netizen anggap sebagai sebuah komedi terlalu kontras dengan kondisi kritis yang sedang terjadi. Inilah yang menurut saya menjadi permasalahan utama dalam hal ini.

Rating Memang Penting, Tapi Jangan Kesampingkan Kualitas

Saya memang tidak bisa menampik bahwa rating dalam sebuah acara televisi memanglah penting. Semakin tinggi rating semakin banyak pula orang yang menonton, dan semakin besar pula pemasukkan bagi stasiun televisi tersebut. Namun saya tekankan juga bahwa jangan kesampingkan kualitas acara hanya karena rating belaka.

Jika melihat dari apa yang dikeluhkan oleh netizen dan mengapa mereka lebih memilih platform online dibandingkan televisi, hal ini selain karena aturan lembaga penyiaran yang dinilai terlalu kaku dan membatasi, juga karena acara-acara televisi yang dinilai “kurang bermutu”. Inilah yang mungkin luput dalam kasus ini. Jadi ya Buat apa sebuah acara punya rating tinggi tapi review-nya hanya berisi hujatan dari penonton saja?

Tidak mustahil membuat sebuah acara dengan rating tinggi namun dengan kualitas yang tinggi pula, serta memiliki review yang baik dari masyarakat. Banyak sekali acara-acara lokal yang mampu seperti ini, bahkan sampai go-internasional. Jadi ya menurut saya sih tidak mustahil.

Banyak acara lokal berkualitas dengan rating tinggi pula, dan review positif dari masyarakat

Dan satu lagi, terkhusus para netizen yang ingin berkomentar perhatikanlah, Jarimu Harimaumu. Di dunia maya ini kita juga diikat oleh norma dan aturan perundang-undangan yang berlaku. Jangan sampai karena emosi sesaat menyebabkan kalian menyesal seumur hidup.

Tag

Wahyu Soetisna

Just a person who loves to write somethings