Foto: jalopnik.com

[Fokus] Mengingat Kembali Lima Kasus Gugatan Ferrari Paling Kontroversial

Fokus 1 Feb 2022

Tentu semua orang pasti mengenal Ferrari, salah satu pabrikan otomotif paling berpengaruh di dunia, terutama mengenai karirnya di dunia motorsports. Ciri-ciri mereka sangat jelas di dunia balap: warna rosso corsa dan hubungan dalam mereka di Formula 1 dan Le Mans sudah tertanam begitu lama sebagai brand awareness.

Namun ada satu hal lain yang sering dilakukan oleh Ferrari - tuntutan hukum. Ya, Ferrari dikenal sangat 'ngotot' dalam menjaga brand awareness baik secara merek maupun di tradisi perusahaan dan warisan secara terang-terangan, sampai Ferrari tidak ragu untuk mengambil jalur hukum demi menjaga citra prestisius yang dimiliki, bahkan jika itu adalah hal sepele sekalipun.

Makanya Ferrari dikenal 'suka' menggugat atau memberikan 'surat cinta' dalam bentuk cease and desist kepada pihak manapun, bahkan jika mereka adalah selebritis maupun pengusaha sukses sekalipun jika sampai dianggap Ferrari telah 'menodai' reputasi citra dari brand itu sendiri.

Nah, seperti apa gugatan yang dilibatkan oleh Ferrari? Mari kita lihat lima kasus yang 'digemari' oleh pabrikan Kuda Jingkrak ini.

Deadmau5 'Purrari'

Foto: Facebook/Gumball 3000

Salah satu gugatan Ferrari yang paling terkenal. Semua berawal ketika DJ Joel Thomas Zimmerman - lebih dikenal dengan nama panggung Deadmau5 memodifikasi Ferrari 458 miliknya untuk berpartisipasi di ajang Gumball 3000 pada tahun 2014 silam.

Deadmau5 memberikan livery Nyan Cat, sebuah kucing meme dari tahun 2011, ditambah dengan mengubah logo 'Kuda Jingkrak' menjadi "Kucing Jingkrak' di sekujur mobil dan menamainya Purrari.

Tentu saja Ferrari tidak menyukai 'troll' ini dan langsung mengirimkan cease and desist kepada Deadmau5. Alasan Ferrari 'ngegas' bukan karena wrapping Nyan Cat, tapi lebih kepada penggunaan logo Kucing Jingkrak yang dianggap sebagai 'perusakan' citra brand Ferrari, sekaligus upaya untuk mencegah preseden legal jika seandainya ada orang lain yang melakukan tindakan serupa.

Deadmau5 pun mengembalikan 458 miliknya seperti semula dan menjualnya, lalu membeli sebuah Lamborghini Huracan dengan modifikasi yang sama dan diberi nama Nyanborghini Purracan.

Phillip Plien dan Postingan Sepatu

Foto: Instagram

Pernahkah terbayang kamu sampai digugat Ferrari hanya karena sebuah postingan Instagram dengan 812 Superfast yang kamu miliki? Kira-kira itulah yang terjadi pada Phillip Plein, seorang desainer sepatu terkenal dari Jerman.

Pada Agustus 2019, Ferrari kembali mengirim cease and desist pada Phillip untuk menghapus postingan Instagram miliknya yang menampilkan produk beserta Ferrari 812 Superfast miliknya dengan warna sama persis.

Kuasa hukum Ferrari beralasan bahwa tindakan Phillip telah "menodai reputasi brand Ferrari dan mengakibatkan kerugian materi bagi Ferrari" dengan menganggap telah menggunakan Ferrari miliknya sebagai alat promosi sepatunya.

Ferrari pun memenangkan gugatan tersebut di Pengadilan Kota Milan sekaligus menjatuhkan denda €300.000 (Rp. 4,8 Milyar) kepada Phillip atas kasus tersebut.

Kasus Gugatan Purosangue Foundation

Foto: Instagram (Laco Design)

Pada tahun 2018, Ferrari memperkenalkan nama Purosangue sebagai SUV pertama mereka. Dalam bahasa Italia, Purosangue artinya adalah "thoroughbred" dalam bahasa Italia, sehingga nama sesuai dengan citra Ferrari dengan logo Kuda Jingkrak. Namun masalahnya, nama itu sendiri sudah ada yang punya.

Makanya Ferrari sampai bertindak jauh dengan menggugat Purosangue Foundation - sebuah organisasi anti-doping yang berdiri sejak 2011, dan telah mendaftar merek mereka sejak 2013. Pihak organisasi bahkan sampai melarang Ferrari untuk menggunakan nama tersebut di Eropa.

Ferrari pun merespon larangan tersebut dengan mengklaim bahkan pihak organisasi tidak melakukan upaya berarti dalam mempromosikan nama "Purosangue" sejak 2013. Oleh karena itu pihak organisasi tidak memiliki lagi hak eksklusif atas penggunaan nama tersebut.

'Ferrari' F40 Barchetta

Ferrari F40 merupakan salah mobil terbaik di akhir era Enzo Ferrari. Saking tingginya hype pada F40, Ferrari malah memproduksi 1.311 unit selama life cycle, lebih dari 3 kali lipat dari 400 unit yang direncanakan oleh Ferrari sendiri, dengan 19 diantaranya adalah Ferrari F40 LM, versi track-focused dan hardcore dari F40 reguler.

Namun, Ferrari hanya mengakui keberadaan 18 unit F40 LM, karena unit terakhirnya dimiliki oleh Jean 'Beurlys' Blaton, bilionaire sekaligus pembalap asal Belgia yang meminta batuan Michelotto, perusahaan sama yang juga membangun F40 LM orisinal dan Tony Gillet untuk mendapatkan modifikasi lebih lanjut.

Modifikasinya? Michelotto memotong atap mobilnya dan digantinya dengan tubular steel cage, mengganti suspensi depan dengan tipe pushrod, dan mengubah sistem exhaust sehingga keluar disamping ban belakang.

Tak pelak, Ferrari pun langsung 'berang' karena ubahan tersebut terlalu ekstrim sehingga menuntut untuk melepaskan logo pada mobilnya karena tidak diakui sebagai sebuah Ferrari.

Kalah Atas Hak Cipta 250 GTO

Foto: Ares Design

Sering berkecimpung di ranah hukum sudah pasti memberikan preseden bahwa Ferrari akan selalu memenangkan gugatan apapun, bukan? Tentu tidak jika lengah terhadap properti mereka sendiri.

Hal itu pernah terjadi pada bulan Juni 2019, ketika Ferrari menggugat Ares Design, sebuah perusahaan karoseri asal Bologna, Italia karena rencana untuk memproduksi replika modern dari Ferrari 250 GTO dengan menggunakan Ferrari 812 Superfast sebagai basisnya.

Ferrari sempat memenangi gugatan tersebut dengan alasan bahwa 250 GTO dianggap sebagai mahakarya dan berhak atas hak perlindungan replika seperti lukisan Monalisa.

Namun Ares Design mengajukan banding ke European Union Intellectual Protection Office (EUIPO) dengan argumen bahwa Ferrari tidak menggunakan merek dagang 250 GTO sejak 1964 dan ketika Ferrari mendaftarkan kembali merek dagang tersebut pada tahun 2008, nama tersebut tidak digunakan lagi lima tahun setelahnya. Berdasarkan argumen itu EUIPO pada akhirnya memihak pada Ares Design pada bulan Juli 2020.

Kesimpulan: Demi Menjaga Heritage

Itulah kelima kasus gugatan yang dilancarkan oleh pabrikan Kuda Jingkrak ini. Jika memang memiliki status prestisius atas warisan maupun pencapaian yang dimiliki, sebuah perusahaan tentu saja tidak tinggal diam atas tindakan yang mungkin dapat melukai reputasi dari brand itu sendiri.

Atas dasar itulah yang dilakukan oleh Ferrari. Mungkin ada beberapa kasus yang mungkin terkesan nyeleneh begitulah Ferrari, apalagi jika bicara brand awareness.

Bagaimana menurut kalian? Apakah memang sah-sah saja bagi Ferrari atau menganggap aksi 'main gugat terus' dianggap keterlaluan?

Tag

Dio Puja Altha

Seorang penulis yang selalu kebelet menulis melawan tangan saya yang gatel mengetik di keyboard (๑>◡<๑). Writing, Photography, and Subtitling, Just Doing Something Fun for My Own Sake (^^;)