Sumber: Istimewa

Imbas Kalah Bersaing, Google Stadia Terpaksa Disuntik Mati

Gaming 1 Okt 2022

Belum lama terjun di dunia layanan cloud gaming, Google akhirnya menyerah dengan menutup Stadia mulai 29 September dan penggunanya hanya akan mendapatkan aksesnya hanya sampai 18 Januari 2023 mendatang. Dalam post blog Google, Phill Harrison selaku wakil presiden Stadia mengatakan akan merefund semua pembelian perangkat keras Stadia yang dibeli melalui Google Store dan pembelian konten add-on di Stadia store.

Perlu diketahui juga, Google tidak merefund semua transaksi yang dilakukan oleh penggunanya. Dilansir dari 9to5Google, bahwa jika pengguna merupakan member aktif Stadia Pro sampai pengumuman diumumkan, maka pengguna tidak akan mendapatkan refund atas biaya langganan Stadia Pro. Akan tetapi pengguna masih bisa menggunakan semua fungsinya secara gratis sampai hari penutupan.

Semua game pre-order di Stadia sudah dibatalkan dan tidak akan dibebankan ke akun penggunanya yang sudah melakukan pre-order. Refund diperkirakan akan selesai di pertengahan Januari 2023.

Alasan terbsesar mengapa Google Stadia ini ditutup adalah jumlah pengguna yang tidak sesuai ekspektasi.

And while Stadia's approach to streaming games for consumers was built on a strong technology foundation, it hasn't gained the traction with users that we expected so we’ve made the difficult decision to begin winding down our Stadia streaming service. -Phill Harrison
Dan sementara tujuan Stadia untuk menyediakan (layanan) streaming games yang dibangun dari fondasi teknologi yang kuat ternyata tidak mendapatkan daya tarik dari penggunanya seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, terpaksa layanan streaming game, Stadia kami berhentikan. -Phill Harrison

Google Stadia pertama kali dirilis 3 tahun lalu, 19 November 2019. Diketahui penyebab Google Stadia gagal adalah karena Google tidaklah konsisten dalam memberi layanan kepada penggunanya. Dilansir dari Kotaku dan Thegamer, banyak hal yang membuat Stadia menjadi gagal, yang pertama adalah hilangnya fitur yang dijanjikan oleh Google dan yang kedua adalah Library yang tidak banyak dibandingkan kompetitornya.  

Di Stadia pengguna bisa memilih berlangganan Stadia Pro untuk mengakses semua gim atau langsung beli gim di Stadia Base. Sistem a la carte inilah yang membuat Stadia kalah dengan kompetitornya karena beberapa gim baru hanya dapat bisa dimainkan dengan membelinya di Stadia Base. Tentu saja Stadia kalah dengan Xbox Game Pass si pemain lama yang sudah mempunya gim lebih banyak di Librarynya.

Walaupun begitu Google tidak akan benar-benar keluar dari industri cloud gaming. Harrison mengatakan bahwa Google Cloud's Immersive Stream service yang merupakan hasil dari pengembangan Google Stadia akan tetap beroperasi karena digunakan oleh mitra perusahaanya yaitu AT&T, Capcom, dan Amazon Luna yang juga menyediakan layanan cloud gaming.

Tag

Rizky Aufa Febrianto

Suka fotografi dan gambar anime, gaming tipis-tipis