Tangkapan layar anime Mato Seihei no Slave yang dapat dianggap sebagai adegan pemuasan hasrat seksual laki-laki dalam bentuk BDSM (Foto: YouTube/Muse Indonesia).

[FOKUS] Membedah Objektifikasi Perempuan di Anime Mato Seihei no Slave

Fokus 24 Jan 2024

Pada kali ini, #MedForSquad akan mencoba untuk membahas 3 episode pertama anime Mato Seihei no Slave untuk mengulik bagaimana cerminan seorang perempuan yang tetap saja dijadikan suatu objek seksual di dunia yang katanya terbalik dari dunia patriarki.

Tentang Apa Sih Anime Mato Seihei no Slave?

Mato Seihei no Slave atau yang dikenal juga dengan Chained Soldier, memperlihatkan suatu hal yang berbeda, yaitu karakter perempuan yang digambarkan lebih "superior" dari laki-laki.

Anime ini tayang dari 4 Januari 2024 dan digarap oleh studio Seven Arcs. Sampai saat artikel ini ditulis, anime tersebut sudah tayang sampai episode 3 dan bisa kalian nikmati di saluran YouTube Muse Indonesia. Update setiap hari Kamis.

Anime ini menceritakan seorang Yuuki Wakura yang menjadi budak monster dari Kyouka Uzen untuk melawan jurik-jurik yang tiba-tiba hadir di kota iblis (mato). Di dalamnya diceritakan bahwa wanita mempunyai kekuatan supranatural akibat memakan buah persik yang tidak terjadi pada laki-laki ketika memakannya.

Anime ini menggambarkan antitesis dari patriarki, yaitu kaum perempuan yang digambarkan sebagai sosok superior dan anak laki-laki menjadi "tingkat kedua" pada dinamika sosial. Hal ini jelas terlihat dari sinopsis dan bagaimana plot anime tersebut dibentuk.

Istilah lainnya yaitu matriaki, yang menurut kamus besar Cambridge, menyatakan,

"suatu tipe lingkup sosial atau kehidupan masyarakat yang dimana para kaum perempuan atau wanita, memiliki kekuatan atau tingkat tertinggi, atau kasta tertinggi, atau lingkup masyarakat dimana semua harta, barang, dan kepemilikan berada di tangan kaum perempuan, yang diberikan kepada anak-anak oleh para perempuan daripada para laki-laki."

Penonton juga diingatkan lagi bahwa laki-laki di dunia Mato Seihei no Slave telah menjadi sosok inferior dibandingkan perempuan. Penjelasan dalam anime ini berkaitan dengan kekuatan super yang didapatkan setelah memakan buah persik.

Representasi Perempuan di Media Masa, Semua Ditentukan oleh Kaum Lelaki

Tuchman dalam Radita Gora(2016) mengatakan bahwa fenomena "anihilasi perempuan" atau yang bisa juga kita pahami sebagai pemusnahan identitas perempuan di media massa yakni sebuah representasi mengabaikan, memarjinalkan kaum perempuan.

Perempuan digambarkan tidak ada dan dibentuk berdasarkan hubungannya dengan laki-laki, yang artinya, di media massa, perempuan diperlihatkan sebagai seseorang yang mengambil peran, yang harus melibatkan laki-laki.

Cerminan perempuan di media massa terbatas pada tugas-tugas tertentu seperti ibu rumah tangga, pelayan, dan lain-lain. Yang artinya representatif perempuan di media mass terkena framing dari kacamata laki-laki.

Alhasil, walau dalam suatu media massa, yang salah satunya berbentuk media hiburan, perempuan diperlihatkan sebagai sosok yang dominan dan kuat, sayangnya masih terperangkap dalam lensa laki-laki yang membatasi kemampuan dan hak kebebasan seorang perempuan secara keseluruhan

Jika mengacu pada pernyataan Tuchman, anime Mato Seihei no Slave tidak secara gamblang memperlihatkan atau menandai perempuan dengan segala macam stereotipnya.

Namun apakah benar anime tersebut mencoba untuk menampilkan matriarki seorang perempuan? Bisa saja bahwa tayangan tersebut hanya ingin memuaskan hasrat lelaki terhadap gambaran wanita dominan, yang pada ujungnya juga tetap menjadi bahan objektifikasi.

Male Gaze dan Female Gaze, Ketika Persepsi Gender Ditentukan oleh Kaum Tertentu

Teori yang dicetuskan Laura Mulvey pada tahun 1975 ini adalah sebuah teori di mana media cenderung untuk mengobjektifikasi perempuan dengan tatapan hasrat dari kacamata laki-laki.

Safira. T(2020), Mulvey juga menggunakan psikoanalisis Freudian dan scopophilia (rangsangan seksual ketika melihat suatu objek) dalam mengembangkan teori male gaze ini.

Kebanyakan media cenderung untuk menyorot perempuan dengan daya tarik seksualnya untuk penonton laki-laki, hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Budd Boetticher sutradara film barat klasik pada tahun 1950-an:

Perempuan dalam film harus takut terhadap laki-laki, mencintai laki-laki, atau merasakan kepedulian. Perempuan digambarkan tidak memiliki andil apapun dalam pengaruh jalannya film tersebut

Berbeda dengan Male Gaze Forster dalam Safira T.(2020) mengatakan bahwa female gaze tidak secara langsung hanya mengobjektifikasi laki-laki tetapi berusaha membuat penonton melihat dan merasakan apa yang wanita rasakan ketika menjadi objek dalam film. Bisa dibilang kebanyakan wanita dalam media baik film, buku, dll digambarkan pasif.

Masih Tetap Ada Male Gaze Dalam Anime Ini

Wakura Yuuki digambarkan sebagai sosok laki-laki inferior di mana ia menjadi budak Kyouka dan menjadi petugas rumah tangga di asrama Korps elite. Selain itu, di opening dan ending lelaki juga diidentikkan dengan rantai budak.

Memang digambarkan perempuan lebih 'superior' dibanding laki-laki. Tapi, anime ini tetap menggambarkan kaum perempuan sebagai objek seksual, yaitu memperlihatkan hasrat seksual yang luar biasa tinggi.

Hal ini juga didukung dengan visual yang menyoroti bagian intim perempuan. Objektivikasi perempuan pada anime ini digambarkan dengan keaktifan seksual mereka untuk memenuhi hasrat seorang laki-laki. Bisa dikatakan bahwa perempuan pada seri ini digambarkan sebagai sosok yang dominan secara seksual.

Hal ini sama saja dengan memuaskan para laki-laki, yang pada kasus ini ialah para penonton. Sehingga, pada ujungnya para wanita "kuat" ini hanya menjadi bahan mainan para lelaki mesum.

Tidak dipungkiri juga male gaze ini terjadi karena kreator dari manga ini seorang laki-laki yakni Takahiro (Akame ga Kill!!, Hinowa ga Crush!) dan Youhei Takemura (Papa no Iukoto wo Kikinasai!, Yae no Sakura, Ice Revolution)

Male gaze mengacu pada konsep bahwa wanita diperlihatkan sesuai dengan keinginan atau pandangan dari pria. Dalam konteks ini, artinya bahwa male gaze diterapkan untuk menjadikan perempuan sebagai objek seksual di media massa, salah satunya dapat dilihat pada anime Mato Seihei no Slave.

Berkaitan dengan tulisan sebelumnya yang membahas mengenai "superioritas" para perempuan di anime ini, sebenarnya tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang superior, karena pada akhirnya mereka juga tetap menjadi korban dari apa yang diinginkan gender atau kaum tertentu, untuk memuaskan keinginan mereka saja.

Hal ini berbanding terbalik dengan konsep matriaki yang sebenarnya, yaitu ketika perempuan menjadi "nomer satu" di aspek sosial. Bisa dikatakan hal yang tadi dibahas hanyalah ilusi belaka, untuk menutupi makna sebenarnya yang bisa ditangkap dari anime tersebut.

Jika kaum laki-laki di anime Mato Seihei no Slave terlihat lebih submisif dan para perempuan lebih dominan, bukan berarti mereka lebih superior dalam artian wanita independen, punya pemikiran sendiri, punya kebebasan dalam berekspresi, melainkan mereka hanya terlihat superior karena para laki-laki ingin merasa dipuaskan belaka, baik itu secara hasrat seks atau dari aspek lain.

Dunia Nyata dan Maya, Tetap Saja Perempuan Dicerminkan Sesuai Kehendak Laki-laki

Walaupun tidak ada patriarki pada umumnya dalam anime ini, tetapi perempuan tetap menjadi objek seksualitas dengan digambarkan aktif memuaskan hasrat seksual laki-laki yang ingin didominasi perempuan(BDSM).

Jadi tetap saja perempuan divisualkan sebagai benda objektifikasi yang ditunjukkan dengan arah kamera yang mewakili hasrat seksual laki-laki atau male gaze. Selain itu perempuan di Mato Seihei no Slave ini juga digambarkan memakai pakaian dengan rok mini yang semakin memperkuat penanda objektifikasi.

Mato Seihei no Slave memang menggambarkan matriarki yakni perempuan 'kuat'. Tetapi Male Gaze membuat kaum perempuan di anime ini menjadi sosok pemuas hasrat laki-laki, termarjinalkan dan tetap menjadi patriarki di dunia nyata bagi penonton laki-laki.

Sumber referensi:

Nursyafira, Viky. (Januari 2024). 8 Fakta Mato Seihei no Slave, Anime Fantasi Winter 2024. Duniaku. https://duniaku.idntimes.com/anime-manga/anime-lain/viky-nursyafira/fakta-mato-seihei-no-slave

Loreck, Janice. (Mei 2023). Apa yang dimaksud dengan ‘male gaze’ dan ‘female gaze’?. The Conversation. https://theconversation.com/apa-yang-dimaksud-dengan-male-gaze-dan-female-gaze-204037

Safira, Tazkia. (2020). Gender Dan Seksualitas Dalam Kacamata Male Gaze (Analisis Semiotika Film The Favourite). Skripsi Sarjana Universitas Islam Indonesia.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/29836/16321048%20Tazkia%20Safira.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Gora, Radita. ( 2016). Representasi Perempuan Dalam Iklan Televisi (Studi Analisis Semiotika Iklan Beng Beng Versi “Great Date”). Semiotika, Volume 10, Nomor 1, JUNI 2016. https://journal.ubm.ac.id/index.php/semiotika/article/view/32

Muse Indonesia. (2024, Januari) Budak Korps Elite Kota Sihir - Episode 01 [Takarir Indonesia] .[Video]. https://www.youtube.com/watch?v=7n6jG1Hiofs

Tag