Mercedes-Benz, BMW, dan Volkswagen Protes Kenaikan Tarif Kendaraan Listrik Tiongkok, Ini Alasannya!

Otomotif 14 Jun 2024

Keputusan Uni Eropa baru-baru ini untuk mengenakan tarif sebesar 38% pada kendaraan listrik yang diimpor dari Tiongkok telah menimbulkan dampak buruk pada industri otomotif, khususnya di kalangan produsen mobil Jerman.

Mercedes-Benz, BMW, dan Volkswagen, yang semuanya telah menemukan pasar yang menguntungkan di Tiongkok, menyuarakan keprihatinan yang kuat tentang potensi dampak buruk tarif terhadap operasi mereka di Tiongkok.

Dikutip dari Arena EV, CEO BMW Oliver Zipse tidak berbasa-basi, menyatakan bahwa tindakan proteksionis Uni Eropa dapat memicu perang dagang, merugikan perusahaan dan kepentingan Eropa.

Senada dengan Oliver Zipse, CEO Mercedes Ola Kallenius juga menyampaikan sentimen serupa, menekankan perlunya perdagangan terbuka dan kerja sama, bukan hambatan.

Sementara itu, Volkswagen mempertanyakan waktu pengambilan keputusan Uni Eropa, dengan alasan lemahnya permintaan kendaraan listrik bertenaga baterai di Eropa saat ini.

UE memandang tarif ini sebagai tindakan balasan terhadap besarnya subsidi yang dinikmati produsen mobil Tiongkok. Namun, langkah tersebut menuai kritik dari badan industri VDA Jerman, yang berpendapat bahwa tarif tersebut akan lebih merugikan sektor otomotif Eropa.

Tarif ini tidak terbatas pada produsen mobil Tiongkok saja. Produsen Negara Barat seperti Tesla, BMW, Volvo, dan Renault Dacia, yang semuanya mengekspor kendaraan listrik buatan Tiongkok ke Eropa, juga akan merasakan dampaknya. Hal ini dapat menyebabkan biaya tambahan sebesar miliaran euro bagi perusahaan-perusahaan tersebut, yang sudah bergulat dengan melambatnya permintaan dan jatuhnya harga di pasar domestik mereka.

Wakil CEO Volvo, Bjorn Annwall, memperingatkan bahwa biaya tambahan ini pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen, sehingga membuat harga kendaraan listrik menjadi lebih mahal. Volvo, yang dimiliki oleh Zhejiang Geely Holding asal Tiongkok, sangat menganjurkan perdagangan bebas dan melihat tarif ini sebagai hambatan terhadap hal tersebut.

Meskipun keputusan UE bertujuan untuk melindungi industri kendaraan listrik mereka dari masuknya model kendaraan listrik Tiongkok yang berbiaya lebih rendah, beberapa ekonom berpendapat bahwa dampak langsung dari tarif tersebut akan minimal. Namun, Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa tarif tersebut dapat mengurangi impor kendaraan listrik Tiongkok secara signifikan, dan berpotensi diimbangi oleh produksi yang lebih tinggi di Eropa.

Tiongkok, pada bagiannya, berjanji untuk melindungi hak dan kepentingannya. Namun, pihaknya belum menentukan tindakan pembalasan apa pun. Di sisi lain, Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok tampaknya kurang khawatir dan menyatakan keyakinannya terhadap potensi pertumbuhan berkelanjutan dari produsen kendaraan listrik Tiongkok di Eropa.

Kronologi awal

Ekspor kendaraan listrik Tiongkok di Eropa selangkah lebih dekat menuju tarif yang lebih tinggi. Setelah Turki mengumumkan tarif sebesar 40% terhadap impor mobil Tiongkok beberapa hari yang lalu, Komisi Eropa juga mengeluarkan keputusan awal.

Dikutip dari Arena EV, Komisi Eropa memulai penyelidikan pada bulan Oktober tahun lalu untuk mencari tahu apakah pembuat kendaraan listrik Tiongkok mendapat manfaat dari subsidi yang tidak adil oleh pemerintah Tiongkok.

Seperti yang diperkirakan, komisi tersebut menemukan bahwa subsidi yang diterima oleh produsen BEV Tiongkok telah menyimpang dari persaingan dan secara perlahan mengikis manufaktur BEV lokal.

Itu sebabnya komisi ini akan berusaha bernegosiasi dengan pihak berwenang Tiongkok untuk meyakinkan mereka agar menghentikan praktik yang dianggap tidak adil. Jika negosiasi tersebut gagal, maka disarankan untuk menerapkan tarif tambahan.

Kedua pihak akan berusaha menyelesaikan masalah ini dengan cara yang sesuai dengan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia). Masalah ini harus diselesaikan paling lambat tanggal 4 Juli dan jika tidak, tarif berikut akan dikenakan.

BYD akan mendapat pajak 17,4%, Geely - 20% dan SAIC - 38,1%. Pabrikan Tiongkok lainnya juga akan dikenakan kenaikan tarif. Mereka yang membantu penyelidikan Komisi UE, tetapi tidak dijadikan sampel akan dikenakan pajak rata-rata tertimbang sebesar 21%, sedangkan mereka yang menolak bekerja sama akan dikenakan pajak tertinggi sebesar 38,1%.

Tentu saja, ada beberapa pengecualian khusus. Misalnya, Tesla kemungkinan akan mendapatkan bea yang dihitung secara individual untuk kendaraan yang diproduksi di Tiongkok dan diimpor ke UE. Produsen lain bebas mengajukan permintaan peninjauan dan akan mendapatkan bea masuk yang dihitung secara individual dalam waktu 9 bulan.

Tag

Visio

Hanya seorang eks budak korporat yang menyukai game, manga, anime.