[Opini] Impresi Mobil Baru dan Hype di GIIAS 2024 Versi #MedForSquad

Halo, MedForians!

Sebenarnya lebih dari seminggu sejak event akbar Gaikindo International Auto Show 2024 digelar di ICE BSD, Tangerang dari 18-28 Juli silam. Tapi bagi pameran yang telah mendapatkan perhatian sebagai pameran otomotif terbesar yang diselenggarakan oleh GAIKINDO sekaligus pandangan bagaimana arah otomotif Indonesia hingga akhir dekade (sekaligus penjualan), tidak ada salahnya melihat lagi bagaimana hype dari GIIAS, bukan?

Dari GIIAS edisi tahun 2024 yang saya kunjungi di hari terakhir pameran, saya harus akui memiliki berbagai pandangan terhadap hype yang ditimbulkan dari tren otomotif Indonesia saat ini- mobil listrik atau Battery Electric Vehicle dan 'serangan' dari berbagai brand Tiongkok yang semakin 'menggila' dalam dua tahun terakhir.

Simply just too many BEV (and Chinese cars) to talk about, jadi saya membuat impresi singkat dari berbagai brand dari #MedForSquad.

BYD M6

Bisa dibilang inilah bintang utama di GIIAS 2024 kali ini. Bagaimana tidak? MPV yang tetap menjadi Indonesian's favorite choice and always will be. Digabungkan dengan motor listrik yang menjadi tren otomotif Indonesia, dan srtating price dari 379 Juta Rupiah seolah menjadi bombshell.

Bagaimana tidak? Seharga Veloz namun dengan dimensi mendekati Innova Zenix termasuk juga kelengkapan standar yang diberikan, how tempting is that? Saya juga begitu, namun tidak menampik ketika melihatnya sekilas seperti mobil dari tahun 2020 kebawah. Faktanya memang begitu, sebagaimana M6 berbasis dari BYD Song Max yang dirilis sejak 2017. Tapi rasanya tetap terlihat seperti mobil tahun 2024 sebagaimana mestinya.

Nissan Serena E-Power (C28)

Nissan Serena sudah merupakan nama yang familier di Indonesia. Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 dengan kode C23, Serena dianggap sebagai pelopor MPV modern di Indonesia, dan tradisi tersebut hingga C27 (C25 tidak masuk ke Indonesia).

Oleh karena itu ketika generasi terbaru dari Serena - kode C28 akhirnya diluncurkan di ajang GIIAS 2024 setelah diperkenalkan di ajang serupa tahun lalu, Nissan somehow mendapatkan hype dalam bentuk "nostalgia" dan menarik perhatian pengunjung, termasuk penulis sendiri.

Namun menurut penulis, Nissan kinda late to the game, karena Serena C28 sudah dipasarkan di Jepang sejak November 2022, tahun yang sama ketika Toyota meluncurkan Voxy pada awal tahun yang sama, and yet, Toyota meluncurkan Voxy di Indonesia sebulan setelah debut di Jepang karena pasar MPV boxy di Indonesia masih memiliki pangsa tersendiri, dan kepopuleran Voxy di Indonesia sudah membuktikan hal itu. But hey, better late than never, right?

Honda StepWGN E:HEV

Speaking of arriving late, Honda bisa dibilang yang paling telat dalam permainan MPV Boxy Indonesia. Ya, Honda StepWGN untuk pertama kalinya diperkenalkan secara resmi di Indonesia, menyusul duo Voxy-Serena yang sudah mengaspal lebih dulu.

That said, Honda masih belum sepenuhnya yakin 100 persen dengan StepWGN karena mobilnya sendiri belum dipasarkan. Entah apa yang masih meragukan Honda atau memang 'berhati-hati' dengan StepWGN, we don't know. Bahkan ketika tulisan ini dibuat, belum ada konfirmasi apakah StepWGN akan dipasarkan.

Let's be honest, Honda need to act together untuk bisa meluncurkan StepWGN di Indonesia secepatnya. Toyota telah membuktikan popularitas MPV Boxy melalui Voxy dan Nissan mendapat respon positif dari hype peluncuran Serena E-Power. Faktanya, StepWGN menjadi mobil yang menarik perhatian pengunjung booth Honda selama ajang GIIAS berlangsung. Penulis tidak tahu apa yang menghambat Honda, but sooner is better.

Smart #3 & Volvo EX30

Saya menempatkan Smart #3 dan Volvo EX30 dalam satu paragraf karena pada dasarnya kedua mobil tersebut sama, setidaknya mereka satu platform - Geely SEA2. Bedanya adalah satu 'rasa' Jerman, satunya lagi rasa 'Swedia'.

Keduanya juga dibedakan dari konfigurasinya. Smart tersedia dalam pilihan single-motor dan dual-motor dalam varian Smart #3 Brabus dengan baterai 66 kWh, sedangkan Volvo tersedia hanya dalam konfigurasi single-motor namun memiliki dua pilihan kapasitas baterai - 51 kWh dan 69 kWh.

Namun jika penulis harus memilih diantara keduanya, saya lebih memilih Volvo, karena setidaknya EX30 masih memiliki quirks yang quintessentially Swedish. Maksudku, jika kalian mengenal Smart sejak Mercedes-Benz merilis Smart ForTwo di Indonesia awal tahun 2010 silam dan melihat #3 yang sekarang ini, apa yang masih tersisa dari Smart sekarang? I don't know. Apapun itu, antara Smart #3 atau Volvo EX30, sepertinya lebih baik menunggu Zeekr X, karena if you want a Chinese crossover EV, just get a Chinese.

Lexus LBX

Kalian berpikir bahwa Toyota Yaris Cross versi TNGA lebih deserved untuk masuk Indonesia daripada versi DNGA? Masih berharap untuk dipasarkan di Indonesia? Worry no more karena "Yaris Cross" TNGA akhirnya dipasarkan di Indonesia, tapi... dalam bentuk Lexus dan harganya dua kali lipatnya Yaris Cross DNGA.

Ya, Lexus LBX resmi dipasarkan di Indonesia di ajang GIIAS 2024. Penulis sendiri sebenarnya tidak menduga karena terpikir bahwa LBX adalah model untuk pasar Eropa dan Jepang (termasuk Australia) yang rasanya kurang masuk akal untuk dipasarkan di negara berkembang. Tapi, LBX tetaplah sebuah Lexus, dan citra mewah Lexus mungkin tetap bisa menarik perhatian.

Apalagi LBX adalah Lexus paling terjangkau yang bisa dibeli, walaupun dengan harga mulai dari Rp 895 juta - dua kali lipat dari Yaris Cross DNGA tidak bisa dibilang murah juga. But hey, it's still the most affordable Lexus you can buy, right? Fakta bahwa LBX hanya tersedia dalam konfigurasi hybrid 1.5-liter 3-silinder membuat saya sebenarnya garuk kepala, apakah LBX harus dihargai semahal itu? Apalagi interior-wise yang Lexus...ish? Saya tidak tahu, tapi apakah LBX deserved as a Lexus? Of course.

MG Cyberster

Morris Garage - disingkat MG memperkenalkan Cyberster di ajang GIIAS 2024. MG mengklaim Cyberster adalah convertible 2-seater electric vehicle pertama di dunia, walaupun mungkin mereka tidak tahu bahwa Tesla Roadster generasi pertama sudah eksis sejak akhir 2000-an.

Cyberster bisa dianggap sebagai angin nostalgia bagi MG. Jika kalian belum tahu, MG dikenal sebagai produsen sports car di 1960-an, lebih dikenal dengan MG B atau roadster terakhir MG di tahun 2000-an sebelum Cyberster - MG TF. Melihat MG dibawah naungan SAIC yang berisi crossover dan hatchback, kehadiran Cyberster bisa dilihat sebagai upaya SAIC untuk membuat MG menjadi 'cool brand' kembali.

Saya suka desainnya, dengan scissor door begitu extravagance untuk sebuah MG. Cyberster sendiri adalah mobil listrik, tapi dengan dual-motor 536 hp, Cyberster have the performance backing up his looks. Mungkin yang menghanbatnya adalah banderol harganya senilai Rp 1.68 milyar. Kinda overprice? Melihat jadi 'spesiesnya' sebagai konvertibel listrik, saya tidak tahu. Tapi jika dibandingan dengan Hyundai Ioniq 5 N dengan performa setara (atau bahkan lebih baik) dengan Cyberster dengan harga Rp 300 juta lebih murah, memang terlihat mahal. Tapi, Cyberster bisa menjual desainnya sebagai attraction point, dan jika orang meminang Cyberster murni karena desainnya, I can ignore the price.

Hyundai Ioniq 5 N

Booth Hyundai mungkin menjagokan Kona Electric sebagai 'bintang stan', namun bagi penulis, bintang dari booth Hyundai adalah Ioniq 5 N. Benar sekali, brand high performance dari Hyundai ini diperkenalkan secara resmi di Indonesia.

Hyundai N bisa dibilang seperti BMW M atau Mercedes-AMG, bahkan awal kiprah brand ini ketika dibentuk pada tahun 2014 berada dibawah 'Nahkoda' Albert Biermann, orang di balik BMW M. Hyundai N sudah memiliki kiprah dan pedigree di motorsport, seperti memenangkan konstruktor World Rally Championship musim 2019 dan 2020, serta World Touring Car Cup musim 2018, 2019, 2022, dan 2023. Jika kalian sudah mengenal line-up Hyundai N sebelumnya, model seperti i20 N, i30 N, Kona N, dan Elantra N mendapatkan berbagai praise di berbagai belahan dunia.

Jadi ketika Hyundai Indonesia memperkenalkan brand N melalui Ioniq 5 N, saya melihat ini sebagai unique approach. Mungkin karena popularitas dari Ioniq 5 sendiri di Indonesia, dan faktanya Ioniq 5 N juga akan dirakit secara lokal di Cikarang. Mobil performa tinggi rakitan lokal sebenarnya bukan hal baru, dimana Mercedes-AMG A35 adalah contoh konkritnya. Tapi penulis tetap mengapresiasi Ioniq 5 N rakitan lokal, dan penulis bisa memaklumi banderol harga Rp 1.3 milyar di label penjualannya.

Kesimpulan

Sebenarnya saya masih punya beberapa impresi dari mobil lain yang juga menarik perhatian sepanjang ajang GIIAS 2024, tapi saya rasa tulisan ini sudah terlalu panjang jika harus menapung semuanya. Let's get to the point, GIIAS 2024 faktanya adalah pameran otomotif terbesar sepanjang sejarah di Indonesia. Penulis jadi penasaran seperti apa tren yang akan dibawakan tahun depan di GIIAS 2025, melihat tren mobil listrik hanya tinggal menunggu waktu sebelum tergantikan di masa yang akan datang.