Hary Tanoe Ingin Bubarkan MNC Entertainment Ltd Akibat Gagal Merger

Media 14 Okt 2021
Sosok Hary Tanoesoedibjo, pemilik MNC Group dan pendiri Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo), saat sedang memberikan materi di kuliah umum IKIP Mataram (Foto: Okezone).

Emiten konglomerasi Grup MNC yang dikendalikan pengusaha nasional, Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) yakni PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) menyatakan pembatalan transaksi merger anak usahanya PT Asia Vision Network (AVN) dengan Malacca Straits Acquisition Company Limited (MLAC) di bursa AS dipastikan final.

Sebab itu, perseroan belum mempertimbangkan kemungkinan melanjutkan rencana penggabungan tersebut.

MLAC adalah perusahaan cek kosong atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC) yang tercatat di Bursa Nasdaq AS dengan kode saham MLAC.

Sebelumnya kedua perusahaan telah sepakat menandatangani perjanjian mengenai rencana merger tersebut yang digodok sejak semester kedua tahun 2020 dan kemudian dibatalkan pada 18 September 2021.

Baca juga: Xiaomi Resmi Naikkan Harga Ponselnya Akibat Kelangkaan Chip

Sekretaris Perusahaan IPTV Muharzi Hasril mengatakan dengan finalnya keputusan pembatalan ini, maka mengenai kelanjutan pendirian MNC Entertainment Ltd, anak usaha AVN di Cayman Islands untuk keperluan merger dengan Malacca Straits, perseroan akan mempergunakan perusahaan tersebut atau membubarkannya.

Melansir CNBC Indonesia, "Terkait dengan MNC Entertainment Ltd perseroan akan mempergunakan perusahaan tersebut atau melakukan pembubaran, disesuaikan dengan rencana-rencana pengembangan kegiatan usaha perseroan atau anak perusahaan," kata Muharzi, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (11/10/2021).

Jawaban Muharzi tersebut menanggapi pertanyaan BEI terkait dengan pembatalan merger tersebut. "Sampai saat ini belum ada rencana pengembangan usaha AVN dan entitas anak," tegasnya.

Baca juga: Apa Saja Perbedaan TV Digital dengan Layanan Streaming Video?

Apa Dampak Dari Kegagalan Merger Ini?

Menyusul pembatalan merger dengan Malacca Straits itu, Muharzi mengklaim keputusan itu tidak menimbulkan dampak signifikan dan tidak berdampak buruk terhadap kegiatan operasional dan keuangan perseroan dan AVN. "Operasional masih berjalan normal," katanya.

Sebelumnya, September lalu, dalam keterangan resmi IPTV, disebutkan dengan merger ini maka nilai proforma perusahaan akan mencapai sebesar US$ 573 juta atau setara dengan Rp 8,02 triliun dengan asumsi kurs rata-rata Rp 14.000 per US$.

Muharzi menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut di mana proses transaksi merger keduanya sebetulnya digodok sejak semester kedua tahun 2020 dan pada saat itu transaksi SPAC masih sangat diminati investor di Bursa Nasdaq. Akan tetapi, memasuki tahun 2021, terjadi banyak sekali transaksi SPAC di Nasdaq.

Baca juga: Edisi Ulang Tahun, Kamu Bisa Dapatkan Boneka Kureiji Ollie dan Merch Lainnya

Dengan demikian, kondisi itu berpengaruh terhadap valuasi karena SPAC menjadi overcrowded, termasuk berakibat pada harga saham MLAC yang tetap berada di bawah nilai nominal US$ 10/saham.

"Setelah melalui penjajakan berbagai roadshow, MLAC dan AVN akhirnya sepakat untuk tidak melanjutkan transaksi [merger]," katanya, Sabtu (18/9).

"Hal lain yang melatarbelakangi keputusan di atas adalah makin bergairahnya investor di BEI terhadap perusahaan yang bergerak di bidang digital termasuk fokus bisnis AVN," kata Muharzi.

Pada 23 Maret 2021, manajemen IPTV memberikan pernyataan resmi bahwa anak usahanya, AVN melakukan penggabungan usaha atau merger dengan MLAC.

Dalam keterangan resmi IPTV, disebutkan dengan merger ini, diperkirakan nilai proforma perusahaan akan mencapai sebesar US$ 573 juta atau setara dengan Rp 8,02 triliun.

Baca juga: Akun Medsos KPI Dikecam Warganet, Imbas Kasus Pelecehan Karyawan

Adapun target merger diharapkan dapat terealisasi pada kuartal kedua atau ketiga di tahun ini.

"Nilai transaksi perusahaan gabungan sebesar US$ 573 juta setara 5,8 kali EBITDA [laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi], lebih menarik jika dibandingkan perusahaan sejenis di industri," tulis IPTV, dikutip Selasa (23/3/2021)

IPTV menyebutkan, saat ini, AVN sebagai induk usaha dari Vision+ menjalankan bisnis utama di bisnis media over the top (OTT) dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

Dengan penetrasi media OTT saat ini yang baru mencapai 2%, AVN secara strategis ditempatkan pada siklus pertumbuhan di tahap awal. Hal ini juga ditopang oleh populasi penduduk Indonesia yang terbesar keempat di dunia dengan PDB lebih dari US$ 1 triliun dan populasi rata-rata berusia 31 tahun.

Baca juga: Tahun Ini Sharp Berhenti Produksi TV Analog

Saat ini, posisi pasar utama MNC Media mencapai 50% pangsa pemirsa nasional pada siaran Free-to-Air. termasuk 53,5% pada sabuk Prime-Time, lebih dari 8 juta pelanggan TV berbayar, lebih dari 73 juta pengguna aktif Portal Berita bulanan, dan 217 juta pelanggan/pengikut Media Sosial, menyediakan platform luar biasa untuk cross-selling dan memberikan penawaran unik dan menarik untuk AVN.

Setelah merger, AVN bekerjasama dengan Malacca Straits dengan maksud untuk mendaftarkan AVN di Bursa Nasdaq.

Dengan mencatatkan saham di Nasdaq, maka akan memberikan akses investor global ke OTT tercepat dan bisnis streaming di Indonesia, di mana investor akan menghargai profil pertumbuhan AVN.

"Kombinasi bisnis tersebut akan menghasilkan sekitar US$ 135 juta dari hasil bersih ke neraca AVN," kata Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo.

Tag

Yehezkiel Frederik Ruru

Photography, Technology and Videography Enthusiast