[Fokus] Kenapa Judul Anime Kini Semakin Panjang?
Seperti industri hiburan lainnya, industri anime juga tidak lepas dari tren yang terus berganti dan berkembang. Baik itu dari teknik dan media animasi, tata cerita, maupun tema yang diangkat. Namun ada satu tren yang meskipun sudah mulai sedikit mereda, adalah salah satu tren yang paling menonjol dan masih tetap menjadi bagian dari industri ini, tren tersebut adalah judul yang sangat panjang.
Mulai dari ‘WataMote: No Matter How I Look At It, It's You Guys' Fault I'm Not Popular!', ‘BOFURI: I Don't Want to Get Hurt, so I'll Max Out My Defense', hingga ‘Reborn as a Vending Machine, I Now Wander the Dungeon’, atau yang biasa disebut ‘Isekai Vending Machine’ yang sedang tayang di musim panas 2023 ini.
Judul-judul ini relatif lebih panjang dari judul umumnya. Bahkan saking panjangnya, anime-anime ini lebih dikenal dengan singkatan dari judul-judul tersebut.
Tren ini masih tergolong baru, mengingat anime-anime lawas cenderung memiliki judul yang singkat dan catchy. Lalu, apa yang menyebabkan anime-anime ini mempunyai judul yang panjang? Dan apa yang membuat tren ini populer?
Bermula dari Mimpi dan Situs Publikasi Mandiri.
#MedForians mungkin sudah mengetahui korelasi tren ini dengan judul manga dan light novel yang juga semakin panjang. Karena memang, kebanyakan anime yang memiliki judul panjang adalah adaptasi dari light novel atau manga.
Oleh karena itu, kini pertanyaannya menjadi: Kenapa judul manga dan light novel belakangan ini sangat panjang?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya tren ini, namun yang paling utama adalah bagaimana penulis memasarkan karya mereka, dan bagaimana penerbit mendapatkan karya-karya yang mereka terbitkan.
Dari kedua faktor tersebut, terdapat seutas benang merah yang menghubungkan mereka: sebuah situs bernama Shousetsuka ni Narou.
Shousetsuka ni Narou (terjemah: Mari Menjadi Novelis) adalah sebuah situs yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah novel karya pribadi dan membaca novel karya pengguna lainnya secara gratis.
Didirikan pada tahun 2004, Shousetsuka ni Narou menjadi pilihan paling populer bagi penulis amatir di Jepang untuk mengunggah karya literatur mereka.
Saat artikel ini ditulis, terdapat lebih dari 1 juta novel yang telah diunggah dan dibaca oleh 2,4 juta pengguna di situs ini.
Novel-novel tersebut tidak hanya dinikmati oleh pengguna awam, penerbit-penerbit ternama pun turut memantau situs ini untuk mencari karya selanjutnya untuk diterbitkan.
Karya-karya yang diterbitkan biasanya adalah karya-karya yang paling populer di situs tersebut. Dengan menerbitkan karya yang sudah tergolong populer, penerbit juga mendapat pembaca yang telah membaca karya tersebut di Shousetsuka ni Narou.
Popularitas karya juga dapat menjadi parameter yang relatif akurat untuk tren pasar. Menerbitkan karya dari situs ini tergolong sebagai langkah yang aman untuk para penerbit.
Dari 1 juta lebih karya yang telah diunggah, tidak sedikit jumlah karya yang telah diterbitkan menjadi light novel hingga diadaptasi menjadi anime. Diantaranya adalah ‘Re:Zero,’ 'Rising of Shield Hero,' ‘I Want to Eat Your Pancreas,’ ‘Bofuri,’ dan ‘Overlord.’
Menjadi Menonjol dan Populer Itu Sulit!
Peluang untuk karya mereka diterbitkan dan bahkan diadaptasi menjadi anime tentu menjadi prospek yang menggiurkan untuk kebanyakan penulis.
Namun banyaknya jumlah karya yang diunggah setiap hari membuat karya kebanyakan penulis sulit untuk menonjol.
Ditambah lagi, Shousetsuka ni Narou tidak mendukung sampul dan sinopsis hanya ditampilkan saat pengguna telah mengeklik judul karya yang ingin dibaca. Di tampilan utamanya, situs ini hanya menampilkan judul, pengarang, dan genre saja.
Hal ini berarti kebanyakan calon pembaca hanya akan membaca judul dan genre saja saat memilih novel yang ingin dibaca, tanpa mengetahui kualitas atau bahkan sinopsis dari kebanyakan karya.
Limitasi dari situs inilah yang memunculkan tren judul panjang. Penulis di Shousetsuka ni Narou menemukan bahwa menulis judul yang menggambarkan kisah mereka secara gamblang sangat efektif untuk menarik minat pembaca. Para penulis tersebut menjadikan judul sebagai kolom sinopsis singkat, sehingga pembaca dapat mendapat gambaran singkat tentang karya tersebut.
Keadaan ini juga menjawab kenapa kebanyakan anime dan light novel yang memiliki judul panjang bergenre isekai, karena isekai adalah genre yang paling populer di Shousetsuka ni Narou.
Lalu, Kenapa Tren Ini Sangat Tersebar?
Jika limitasi di Shousetsuka ni Narou adalah penyebab utama dari tren ini, lalu mengapa tren ini juga merambah ke light novel yang tidak dulu terbit di situs tersebut? Bahkan merambah ke dunia manga dan anime orisinal?
Meskipun penulis tidak menemukan dan mendapat konfirmasi langsung. Resepsi dari judul-judul tersebut di media sosial dan kecenderungan saat pembaca memilih karya untuk dikonsumsi dapat memberi pencerahan.
Judul yang panjang cenderung lebih menonjol daripada judul lainnya. Tidak sedikit pengguna internet yang membagikan karya-karya dengan judul panjang di media sosial karena berbagai alasan.
Baik karena panjang judul, ke-nyeleneh-an judul, atau hal lainnya. Secara praktis, unggahan-unggahan tersebut memberi promosi secara gratis untuk karya-karya yang dibagikan. Strategi ini juga dipakai oleh Muse Indonesia dengan memberi beberapa lisensi mereka judul yang panjang dengan nada bak sebuah judul sinetron.
Selain itu, kecenderungan pembaca saat memilih karya juga menjadi alasan. Hal pertama yang dilihat oleh konsumen baik di ruang fisik maupun digital adalah sampul dan judul.
Kiasan “Jangan menilai buku dari sampulnya.” memang bijak, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa sampul dan judul-lah yang memberi kesan pertama untuk calon penikmatnya.
Terlebih, informasi seperti sinopsis juga lebih sering dicantumkan di bagian belakang buku, anime, manga, film, ataupun game. Dan untuk informasi tersebut meraih calon pembeli, judul dan sampul dari media tersebut harus menarik cukup perhatian.
Problema ini tidak jauh berbeda dengan apa yang harus dihadapi oleh para penulis di Shousetsuka ni Narou. Judul yang nyentrik dan deskriptif dapat menarik perhatian secara efektif. Calon pembeli hanya harus membaca judul untuk mendapat bayangan tentang kisah yang diceritakan oleh media tersebut.
Terutama di masa streaming di mana pengguna memiliki akses untuk ratusan bahkan ribuan judul, menjadi menonjol adalah sebuah keharusan agar media tersebut tidak tenggelam dalam lautan irelevansi.
Oleh karena itu, judul panjang juga mulai diadopsi oleh media pop kultur Jepang lainnya.
Namun penulis merasa bahwa strategi ini sudah kehilangan daya tariknya. Dengan semakin umumnya judul yang panjang nan nyeleneh, judul-judul tersebut sudah tidak terasa unik lagi.
Demikianlah alasan kenapa judul anime, manga, dan light novel kini sangat panjang. Bagaimana #MedForians? Apakah Anda menyukai tren ini atau sebaliknya?